Rabu, 06 Mei 2009

Waspadai Potensi Aktifnya Patahan Lembang

Wilayah Selatan Rawan Gempa

Bandung, Kompas - Warga di permukiman wilayah selatan Cekungan Bandung diminta waspada terhadap potensi terjadinya gempa tektonik. Daerah selatan merupakan titik terawan di wilayah Bandung dan sekitarnya. Potensi kerusakan di daerah itu sangat besar.

Ditemui di sela-sela kunjungan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta ke Institut Teknologi Bandung (ITB), Kepala Pusat Mitigasi Bencana ITB I Wayan Sengara menepis anggapan bahwa Bandung dan sekitarnya adalah daerah yang aman dari potensi gempa.

Menurut Wayan, yang terjadi justru sebaliknya. Potensi kerentanan gempa di Cekungan Bandung hampir setingkat dengan wilayah DI Yogyakarta.

"Berdasarkan survei risk assesment process yang bersumber dari peta mikrozonasi Kota Bandung, didapatkan data bahwa kawasan Bandung ini memiliki tingkat kerentanan sedikit di atas medium, yaitu 3-4 (dari skala enam)," ujar Wayan, Kamis (22/3).

Daerah yang paling rawan, lanjut Wayan, khususnya ada di selatan, yaitu mulai dari Gedebage sampai Soreang. "Meski tidak separah di Aceh dan Sumatera Barat, potensi itu tetap ada," ujarnya. Danau purba

Wayan menjelaskan, penyebab tingginya tingkat kerawanan di wilayah selatan Cekungan Bandung adalah kondisi geografis wilayah itu.

Cekungan Bandung, kata Wayan, yang notabene adalah eksdanau purba pada ribuan tahun silam-memiliki struktur tanah yang labil. Di wilayah itu, tanah lempung menjadi bahan utama penyusunnya.

Bila terjadi gempa, meski skala magnitudenya kecil, yaitu antara 5-6, cukup untuk meluluhlantakkan kawasan Bandung selatan. Bandung Kulon

Wayan menjelaskan, berdasarkan data mikrozonasi, kawasan Bandung Kulon, Lengkong, Cicadas, Arcamanik, Ujungberung, hingga Cibiru berada dalam zona building damage (kerusakan bangunan) tinggi, yaitu pada skala 70-80. Padahal, normalnya di bawah 50.

Anggota Masyarakat Geografi Indonesia T Bachtiar membenarkan pendapat Wayan. Bachtiar mengatakan, Bandung dan sekitarnya tidak terbebas dari potensi bencana gempa tektonik.

Karakteristik materi tanah penyusun yang berupa lempung, menurut Bachtiar, akan mengakibatkan getaran gempa berpotensi semakin keras terjadi di wilayah selatan Cekungan Bandung.

Bachtiar meminta masyarakat agar waspada terhadap keberadaan patahan Lembang di utara Bandung. Patahan yang berakhir di Cimerta dan Sungai Citarum ini diyakini mampu melepaskan energi meski ratusan hingga ribuan tahun lalu tidak lagi aktif.

Kondisi yang membahayakan dan patut diwaspadai ini adalah kenyataan karena adanya interkoneksi sesar dengan patahan Cimandiri di Palabuhanratu, Sukabumi.

"Patahan Cimandiri ini membujur dari Ujunggenteng sampai ke Padalarang. Jika patahan ini aktif, akibat dipicu gempa subduksi sebesar 6-7 skala Ritcher di lempeng benua Samudra Hindia, misalnya, bukan tidak mungkin akan berimbas ke patahan Lembang," kata Bachtiar.

Jika hal itu terjadi, menurut Bachtiar, akibatnya bagi Bandung akan sangat mengerikan.

Untuk mengatasi dampak buruk dan potensi bencana yang mungkin akan timbul, Wayan menyarankan perlu dilakukan penyesuaian kebijakan tata ruang wilayah dan desain.

Hal itu, kata Wayan, khususnya dalam pembuatan bangunan. Seyogianya pembuatan bangunan berorientasi pada struktur tahan gempa.

"Kebijakan ini patut dicermati khususnya dalam konteks pembangunan kawasan primer kedua Gedebage yang tengah digarap sekarang," kata Wayan. (jon)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar